Foto

BTS Gamawijaya

Pembuatan Film Kethoprak Gamawijaya berlokasi di Desa Wiromartan, Kecamatan Mirit dikawasan pantai selatan Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Desa Wiromartan adalah bagian dari kawasan Urut Sewu yang membentang dari Kecamatan Mirit sampai Kecamatan Ambal. Kawasan Urut Sewu saat ini di klaim oleh Angkatan Darat Indonesia sebagai sebagai kawasan latihan persenjataan. Warga yang selama ini menggarap kawasan tersebut sebagai lahan pertanian menolak klaim tersebut. Klaim Angkatan Darat itu menimbulkan konflik, warga mempertahankan haknya atas kawasan tersebut yang sudah mereka kelola secara turun temurun sejak era kolonial Belanda. Ini menjadi bentangan panjang cerita perjuangan warga Urut Sewu, di era kolonial Belanda muncul tokoh Gamawijaya bersama dengan warga mempertahankan kawasan itu saat hendak dialih fungsikan sebagai perkebunan oleh kolonial Belanda. Cerita Gamawijaya seorang veteran perang Jawa (1825-1830) secara turun-temurun menjadi semangat dan pengetahuan warga atas hak ruang hidup dan mempertahankannya.

Dalam proses pembuatan film kethoprak ini, melibatkan warga setempat sebagai penulis cerita, pemain musik dan aktor (sebagaian besar pemain kethoprak) yang tergabung dalam Perkumpulan Seni Wirobudoyo. Aktifitas kesenian warga desa Wiromartan adalah keseharian, sore hingga malam hari selepas bekerja di ladang warga berkumpul di sanggar-sanggar kesenian (kethoprak, wayang kulit, karawitan dan tari) yang banyak di jumpai di desa itu.

*Foto-foto diatas adalah dokumentasi selama pembutan film (Juli 2023) dan saat pemutaran film di desa Wiromartan (September 2023)

Ladang Terakhir

Perjumpaan kami dengan warga dusun Pacar, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, bermula saat kami melakukan riset kecil tentang potensi konflik di wilayah selatan Jawa pada tahun 2021. Saat pertamakali tinggal untuk satu minggu kami merasakan ketenangan yang mencekam. Situasi perampasan lahan yang terjadi secara sistematis sudah terjadi selama 3 generasi. Dari hilangnya lahan secara pelan pengetahuan generasi selanjutnya terhadap ruang hidupnya semakin menjauh. Ladang Terakhir adalah judul dokumenter tentang kegelisahan pemuda yang ingin kembali bertani dan hidup selayaknya tetapi mersakan semakin jauhnya ladang-ladang garapan mereka. Dokumunter ini di produksi pada tahun 2023 bekerjasama dengan Karangtaruna Dusun Pacar.

Mbah Ido dan Pawukon

Saido, kami bisa memanggilnya Mbah Ido. Perjumpaan kami pada tahun 2012 saat terjebak badai di pantai Siung dan memaksa kami untuk tinggal semalaman di warung beliau untuk mencari perlindungan. Tahun itu kami hanya sekedar berwisata di pantai Siung sambil mengamati ikan cathal (rock skipper) yang banyak di jumpai di sisi timur pantai, kami mengenal Mbah Ido sebagai pemilik warung. Persahabatan kami semakin dalam saat cerita-cerita Mbah Ido tentang gua, mata air, bertani, cuaca dan laut selalu menarik untuk dikunjungi kembali. Kehidupan beliau selalu didasari dengan falsafah dan perhitungan Jawa yang dia perkenalkan sebagai Pawukon. Hingga pada tahun 2022 kami diundang di rumahnya yang berjarak 5km di utara pantai Siung, untuk menghadiri upacara pungkasan paguyuban mirunggan (belajar bersama) Pawukon, semacam upacara wisuda setelah delapan tahun menamatkan dalam menghafal dan memahami semua perhitungan dan falsafah hidup dengan panduan blabak Pawukon (kode-kode yang diukir dalam selembar papan kayu).

Lokakarya Jurnalis

DINAMIKA RUANG HIDUP DI KAWASAN KARST 20-22.09.2024

Pada tanggal 20 hingga 22 bulan September 2024, kami mengadakan lokakarya untuk jurnalis, diikuti oleh 25 peserta dari jurnalis media arus utama nasional dan media lokal. Tujuan dari lokakarya ini untuk mengangkat isue lingkungan dan tata kelola kawasan karst di Gunungkidul, Yogyakarta. Isue tentang kawasan karst di Gunungkidul miskin diperbincangkan dalam sekala nasional. Sementara eksploitasi industri wisata, tambang dan proyek strategis nasional terjadi secara masif dan mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian. Hal ini berdampak luas hingga pada tatanan sosial dan tergerusnya pengetahuan kolektif warga yang selama ini mereka tekuni. Dalam lokakarya ini selain menghadirkan akademisi dan pakar juga mengajak jurnalis terjun langsung hadir di wilayah wilayah yang mengalami ancaman lingkungan dan sosial. Para jurnalis dapat bertemu langsung dengan warga menggali informasi awal sebagai bagian dari keberlanjutan liputanya. Ada 5 lokasi yang dijadikan titik kunjung, yaitu, Pelabuhan Gesing kecamatan Panggang, Telaga Bororo Trowono kecamatan Paliyan, pantai Watu Kodok di kecamatan Tanjungsari, kawasan pertanian di Purwodadi kecamatan Tepus dan Jalan Lintas Selatan Karangwuni kecamatan Rongkop. Kegiatan lokakarya ini didukung penuh oleh CELIOS (Lembaga Kajian Ekonomi dan Hukum) https://celios.co.id/